Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Perkembangan Makrame, Seni Menyimpul Tali dari Abad ke-13

Membuat karya dari simpulan tali-temali merupakan salah satu seni kerajinan tertua di dunia. Makrame, misalnya, dipercaya sudah ada sejak abad ke-13 yang bermula dari tangan-tangan penenun bangsa Arab. Para perajin itu mengikat, melilit, serta menyimpulkan benang dan tali, lalu mengaitkannya pada material kain sebagai dekorasi tepian. Biasanya, produk yang tercipta dari kegiatan tersebut adalah handuk, syal, atau kerudung.

Macrame (Spanyol), makrama (Turki), atau migrama (Arab) lantas berkeliling dunia. Kerajinan itu dibawa ke Spanyol ketika bangsa Moor menaklukkan negeri matador tersebut. Masuk ke Italia, terutama di Ciguria, lantas menyebar ke seluruh Eropa. Di Inggris, seni kriya ini dikenalkan oleh Ratu Mary II pada abad ke-17.

Keterampilan ini lantas mengarungi samudra yang dibawa oleh para pelaut dan nelayan. Sekian lama berlayar, mereka membunuh waktu di luar kegiatan mencari ikan dengan merajut tali-temali. Hasil karya itu bisa dijadikan alat tukar ketika mereka singgah.

Berkat kegiatan itu, seni makrame masuk ke Asia seperti Tiongkok dan New World. Dikutip dari blog Ancient Earth Healing, para pelaut di abad ke-19 menggunakan teknik makrame untuk membuat hammock, hiasan lonceng, dan ikat pinggang. Mereka juga membuat sebutan untuk salah satu teknik membuat simpulan dalam makrame yaitu square knotting. Yang unik, para pelaut menamakan makrame dengan sebutan Mcnamara's lace karena keunikannya.

Lebih sederhananya lagi, nelayan membuat simpulan-simpulan pada tali untuk membuat jala tangkapan ikan. Bisa juga dibuat sebagai oleh-oleh untuk keluarga saat nelayan pulang.

Makrame dikenal sebagai karya 100% pekerjaan tangan karena tak melibatkan alat saat membuatnya. Makrame banyak digunakan sebagai elemen dekoratif. Meski banyak juga yang mengaplikasinnya sebagai ornamen pada produk fashion seperti pakaian, tas, atau sepatu. Ada juga yang membuatnya sebagai aksesori penunjang penampilan seperti pada gelang dan kalung.

Meskipun termasuk jenis kriya tua, popularitas makrame baru menggeliat kembali lima tahun belakangan, terutama di luar negeri. Warga asing memiliki ketertarikan dengan kerajinan tangan seperti makrame. Di Indonesia dirasakan baru dua tahun terakhir ini ramai kembali.

Bicara makrame, pasti bicara tali. Semua jenis tali bisa digunakan untuk membuat kerajinan dengan teknik makrame. Namun, yang biasa digunakan adalah tali tambang katun. Karena dibuat dengan menyimpul dan melilit, tali sepanjang 1 meter bisa menyusut hingga 20 cm jika sudah dibuat makrame.

Saat ini tidak sedikit orang membuat wali hanging atau hiasan dinding dengan makrame. Teknik serupa juga bisa dibuat menjadi gorden atau partisi, bahkan dibuat background pelaminan untuk acara pernikahan. Jenis hiasan dinding semacam dreamcatcher juga bisa dirangkai dengan makrame.

Selain hiasan dua dimensi, makrame juga dapat dibuat memiliki ruang. Makrame jenis ini umum dipakai sebagai tas atau kantong gantung, tempat menaruh botol atau gantungan pot.

Tingkat kesulitan pada makrame ada pada orang yang membuatnya. Serupa dengan jenis kerajinan lain, hasil karya kriya ini memerlukan tangan terampil dan kesabaran.

Bagi pemula, bisa menggunakan beberapa alat bantu. Misalnya, macrame board yang membuat makrame bisa dikerjakan sembari duduk. Biasanya, untuk membuat makrame berukuran besar, kita harus berdiri. Tapi dengan papan ini, dapat dikerjakan sambil duduk sehingga tidak mudah lelah.

Suasana Hati
Makrame adalah karya kreativitas yang multifungsi. Tak sekadar buang waktu, tetapi juga hasilnya dapat dinikmati. Kegiatan ini sangat bisa dimanfaatkan untuk mengisi waktu senggang sehari-hari daripada bengong.

Keterampilan makrame bisa dijadikan kegiatan yang menghasilkan pendapatan jika dikerjakan secara sungguh-sungguh. Meski demikian, sebagai pegiat makrame pemula, tentu saja dirasakan  keterampilan ini memiliki beberapa kesulitan seperti harus memahami teknik penyimpulan dasar sebelum dapat berkreasi. Selain itu, mengerjakan makrame juga melatih fokus dan konsentrasi karena dibutuhkan konsistensi menyimpul untuk membuat pola.

Yang disuka dari makrame karena dikerjakan sepenuhnya secara handmade. Akhir-akhir ini, dunia mulai melirik lagi pada karya hasil pekerjaan tangan. Tentu saja karena nilainya lebih besar, ada perasaan ikut hanyut di dalamnya.

Seni kerajinan seperti makrame melibatkan perasaan pembuatnya. Beragam suasana hati dapat ditunjukkan lewat karya makrame. Misalnya, melalui pemilihan warna. Mereka yang berkarakter tenang, cenderung memilih warna-warna natural atau mereka yang tengah gembira mencari warna terang dan menyala pada talinya.

Jika Anda memiliki banyak waktu senggang, membuat makrame bisa jadi pilihan untuk menghabiskan waktu dengan kreatif. Bukan hanya membuahkan karya, dengan tangan yang terampil, Anda juga bisa menjadi orang yang produktif lho. 

Maman Malmsteen
Maman Malmsteen Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.
Follow Berita/Artikel Cahaya Perdana di Google News