Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Inilah Tiga Gaya Masjid di Tanah Air

CahayaPerdana.com - Bangunan masjid merupakan salah satu wujud budaya Islam yang berfungsi sebagai pusat kegiatan ajaran Islam. Dalam perkembangannya, bangunan masjid tidak lepas dari perkembangan adat dan kebiasaan, latar belakang budaya, serta corak masing-masing daerah. 

Buku Masjid dalam Karya Arsitektur Nasional Indonesia karya Abdul Rochym, menyebutkan tiga gaya bangunan masjid di tanah air, yakni karakteristik tradisional, Timur Tengah (Arabic), dan modern.

Masjid Al Irsyad Bandung

Tradisional
Dalam gaya tradisional, konsep bangunan masjid mengadopsi arsitektur lokal, lalu mengisinya dengan ajaran Islam. Karakteristiknya adalah memiliki elemen bangunan tradisional yang didominasi material kayu.

Selain itu, bentuk arsitekturnya didominasi oleh sinkretisme (penyesuaian antara dua aliran), dan eklektisisme. Di dalamnya, terkadang juga memuat simbol yang bersifat mistis, kosmologis, dan tak teraga. Misalnya menggunakan atap bersusun tumpang, dan jumlahnya selalu ganjil.

Contoh dari gaya tradisional ini di tanah air misajnya Masjid Agung Demak di Jawa Tengah dan Masjid Sultan Suriansyah di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Di Tiongkok, ada pula bentuk bangunan masjid semacam ini, seperti Masjid Agung Xi'an.

Timur Tengah
Gaya Arabic ini mengadopsi arsitektur dengan gaya Islam dari pusat perkembangannya, yaitu Timur Tengah. Cirinya, memiliki kubah, lengkung (arch), relung (niche), menara (minaret), monumental, halaman dalam, dan ornamen Arabesque. Di tanah air, bentuk masjid semacam ini, misalnya di Samarinda Islamic Center dan Masjid Dian Al-Mahri di Depok. Sementara itu, di luar negeri, masjid jenis ini paling banyak ditemukan di Timur Tengah.

Modern 
Satu dekade terakhir, bentuk bangunan masjid bergaya modern semakin banyak ditemukan di tanah air. Misalnya, Masjid Al Irsyad di Kota Baru Parahyangan. Masjid Darul Ihsan juga tergolong dalam karakteristik ini.

Di Bandung, gaya bangunan masjid modern dirintis oleh Masjid Salman ITB yang dibangun pada 1964 hingga 1972, oleh arskek Ahmad Noe'man. Bentuknya sederhana dan tidak terdapat simbol seperti kubah di bagian atas. Bentuk bangunan ini juga menonjolkan kreativitas dan inovasi, karena tidak merujuk pada pola yang sudah ada.

Adapun karakteristik bangunan masjid modern adalah atap nonsimbolik, ornamen atau dekorasi yang digunakan sebagai tempelan saja, adanya semangat pembaruan dan reinterpretasi, rasional, kritis, ahistoris, antisimbol, serta menonjolkan lekuk geometris. Secara umum, bentuknya mengikuti fungsi. [Sumber: Endah Asih/PRM/16032015]

Maman Soleman
Maman Soleman Aktif menulis sejak tahun 1986 di media massa. Menjadi announcer di Radio Fantasy 93,1 FM sejak tahun 1999. Menjadi Blogger sejak tahun 2010. Sekarang aktif sebagai Content Writer untuk beberapa Blog/Website.
Follow Berita/Artikel Cahaya Perdana di Google News